Sabtu, 19 Oktober 2013

Refleksi Ibadah Syukur Kelahiran dan Kehamilan





Nas Bacaan    : Mazmur 139 : 1-14.
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus !!!
Hari ini kita berkumpul bersama untuk mengadakan ibadah pengucapan syukur berkenaan dengan 3 peristiwa besar masing-masing ; Bertumbuhnya benih dalam rahim  Anya, bertambah setahun usia bagi ibu Tie dan hadirnya anggota keluarga baru dengan lahirnya anak dari Lion, cucu kedua dari Bapa Jop dan Ibu Tie. Saya mengamati seluruh keluarga berada dalam suasana sukacita.
Hari-hari sebelumnya juga kita terlibat dalam suasana yang sama untuk mengucap syukur, dan mungkin besok dan seterusnya kita juga akan terlibat dalam pengucap syukur. Maksudnya adalah dari waktu ke waktu sebagai umat beriman kita selalu dilibatkan dan terlibat dalam pengucapan syukur. Ada syukur Hari Ulang tahun kelahiran, ada syukur ulang tahun perkawinan, ada syukur karena anak naik kelas, anak lulus ujian, syukur karena naik pangkat dan golongan, syukur karena masuk rumah baru, Syukur karena usaha berhasil, syukur karena sembuh dari sakit,  tetapi juga kita terlibat dalam syukur atas meninggalnya orang-orang yang kita kasihi.
Pertanyaan sederhana yang patut dikedepankan adalah mengapa kita bersyukur ???  Dan patutkah kita bersyukur ???
Pertanyaan ini menurut saya penting sekali di kedepankan dengan maksud untuk melakukan evaluasi dan refleksi tentang apa makna pengucapan syukur yang sesungguhnya. Hal ini penting oleh karena banyak orang yang sudah menghubungkan pengucapan syukur itu dengan pestaria, dengan makan enak, dengan minum sampai mabuk, dan mengabaikan makna sesungguhnya dari pengucapan syukur.
Alkitab bicara sangat banyak tentang mengapa Israel mengucap syukur. Ketika panen berhasil umat mengucap syukur, ketika usaha peternakan berhasil umat mengucap syukur, ketika umat terbebas dari tekanan dan penderitaan mereka mengucap syukur. Ketika umat terlepas dari jaring maut mereka mengucap syukur. Disini mengucap syukur adalah sebuah refleksi iman umat, kepada Allah bahwa segala sesuatu yang mereka peroleh, segala sesuatu yang mereka alami adalah karena karya Allah yang dahsyat.
Refleksi iman ini sekaligus merupakan pengakuan iman umat bahwa ; Allah Israel yang mereka imani, yang mereka yakini adalah Allah yang hebat dan perkasa yang mampu melakukan segala perkara.
Dan pada pihak yang lain, mereka adalah orang-orang yang tidak mampu dan tidak berdaya dihadapan Allah dan karena itu hidup mereka sepenuhnya tergantung kepada Allah.
Kenyataan ini mendorong setiap orang yang mengucap syukur untuk melihat momentum pengucapan syukur sebagai upaya sadar untuk memasrahkan  hidup kita pada Tuhan.

Dan karena itu ketika kita terlibat disaat ini untuk bersama-sama bersyukur atas perbuatan Tuhan bagi keluarga disini  itu pertanda bahwa kita senua tengah memasrahkan hidup kita pada Tuhan.
Dalam memaknai pengucapan syukur sebagai sikap memasrahkan diri kepda Tuhan itu Raja Daud menghadapkan melalui teks bacaan kita tadi tiga hal penting untuk direnungkan ;

Pertama ; Dalam ayat 1 sampai dengan 6 Raja Daud yang bertutur, bahwa Tuhan Allah yang diimani dan diyakininya adalah Allah yang Maha Tahu. Ini adalah sebuah Pengakuan Iman Daud yang didasarkan atas pengalaman hidupnya sehari-hari.
Menurut Daud Allah mengetahui dengan sangat jelas, bukan samar-samar segala sesuatu yang dilakukan oleh Pemazmur. Entah dia duduk atau berdiri, berjalan atau berbaring. Apapun yang dilakukan pemazmur Tuhan tahu. Bukan Cuma apa yang dilakukan pemazmur yang Tuhan tahu, tetapi apa yang ada dalam pikiran pemazmur juga Tuhan tahu. Tuhan mengenal pikiran manusia. Tuhan mengenal hati manusia.
Saudara-saudara…..
Manusia memang tahu banyak hal. Kita bersekolah tinggi sampai tahu banyak hal. Ada yang mengambil jurusan ekonomi dan karena itu tahu banyak hal tentang soal-soal ekonomi. Ada yang mengambil jurusan hokum dan karena itu tahu banyak hal tentang hokum. Ada yang mengambil jurusan teologi sehingga tahu banyak hal yang berkaitan dengan soal-soal teologi dstnya. Artinya manusia tahu banyak, tetapi tidak Maha Tahu seperti Allah.
Kita mungkin menguasai computer, tetapi saat ini kita tidak tahu saudara kita yang ada disana itu sudah makan atau belum. Ini bedanya kita dengan Tuhan. Tuhan tahu segalanya.
Tuhan tahu apa yang menjadi keinginan Bapa Jop dan Ibu Tie dalam meramu hari-hari hidupnya. Tuhan tahu apa yang menjadi keluhan dan rintihan Bapa Jop dan Ibu Tie. Tuhan tahu apa yang sementara dirancang untuk dilakukan oleh Bapa Jop dan Ibu Tie. Apa yang diharapkan Ibu Tie dari bertambahnya usia yang dialami saat ini juga Tuhan tahu.
Tuhan juga tahu keinginan untuk memperoleh bayi dari Jefry dan Anya. Tuhan juga tahu ada kekecewaan dari Jefry dan Anya, ketika momongan yang diharapkan itu tertunda-tunda. Tuhan juga tahu bagaimana perasaan sukacita yang saat ini dialami oleh kedua saudara, ketika kandungan Anya mencapai usia ke tujuh.
Tuhan juga tahu bagaimana perasaan Lion dan istrinya ketika memperoleh bayi, dan Bapa Jop serta Ibu Tie yang memperoleh cucu kedua.

Apa yang mau dihadapkan firman ini kepada kita terutama keluarga ini ??? Bahwa karena Tuhan tahu maka Ia selalu tahu untuk memberikan segala sesuatu tepat pada waktunya.
Kita manusia kadang-kadang kurang sabar. Kita kadang-kadang kurang tekun, dan kadang-kadang pula tidak sepenuhnya mengandalkan Tuhan. Karena itu yang harus kita lakukan disaat-saat seperti ini adalah mengandalkan Tuhan dalam seluruh proses hidup kita dan jangan yang lain.
Pertanyaan berikut yang patut kita renungkan adalah ; Kalau Tuhan Maha Tahu, mengapa kita harus meminta, bukankah Tuhan tahu apa yang menjadi keinginan kita. Jawabnya adalah ketika kita meminta, kita menyelaraskan keinginan kita dengan keinginan Tuhan. Sebab bukankah ada banyak keinginan kita yang tidak selaras dengan keinginan Tuhan ???
Demikian pula kalau Tuhan tahu, mengapa Tuhan membiarkan kita melakukan hal-hal yang jahat ??? Tuhan memberikan kita kehendak bebas. Tuhan tidak menjadikan kita seperti robot. Tetapi di dalam kebebasan itu Tuhan yang Maha Tahu itu ingin agar kita melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendakNya. Ini penting.

Saudara-saudara,…..
Kedua : Tuhan yang Ia imani dan Ia yakini adalah Tuhan Yang Maha Ada. Artinya Tuhan ada dimana-mana. Bahwa karena Ia ada dimana-mana maka Ia tahu segala sesuatu. Dan karena Ia ada dimana-mana maka manusia tidak bisa melarikan diri dariNya, tidak bisa bersembunyi dariNya. Jangankan diujung langit, dibawah bumi bahkan di dunia orang matipun Tuhan ada. Di dalam kegelapan yang sangat pekatpun Tuhan ada. Ada peribahasa Arab bilang begini, “Tuhan melihat semut hitam di malam pekat, di atas batu hitam”.
Pernyataan ini menegaskan kepada kita bahwa kita tidak bisa bersembunyi dan menyembunyikan segala perbuatan salah yang kita lakukan sehari-hari. Mungkin kita bisa menyembunyikan sesuatu dari atasan kita, istri kita suami kita, anak-anak kita, tapi tidak untuk Tuhan. Karena itu bila kita hendak melakukan sesuatu, serentak dengan itu kita sadar bahwa Tuhan ada bersama kita, agar yang kita terbebas dari melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendakNya.

Saudara-saudari,…
Ketiga ; Bahwa Tuhan yang Ia  Imani adalah Tuhan yang menciptakannya.
Sebab Engkau yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. (ayat 12).
Pernyataan ini menegaskan tentang ketergantungan pemazmur dan kita semua kepada Allah.
Kita ada karena Tuhan yang menghendakinya. Anak-anak kita lahir dengan selamat karena Tuhan menghendakinya. Istri kita hamil karena Tuhan menghendakinya. Buah kandungan adalah sebuah upah, anugerah Tuhan. (Mazmur 127 ; 3b).
Kita jadi itu dan ini, karena Tuhan menghendakinya. Tidak ada istilah kebetulan bagi orang yang percaya pada Tuhan. Segala sesuatu diatur oleh Tuhan, sesuai dengan kehendakNya. Karena itu bersyukurlah atas segala sesuatu yang kita alami dalam hidup ini. Mungkin saja ada orang yang mencelakai dan menciderai kita dan Tuhan merestuinya. Bukan Tuhan jahat dan tidak sayang kepada kita, tetapi dengan peristiwa itu Tuhan membuat kita semakin kuat menjalani hidup. Selamat mengucap syukur kepada Tuhan karena Ia mengetahui apa yang kita rasakan dan apa yang kita harapkan, sebab Ia ada disamping kita,Amin.

23 Mei 2009
Kel. Jop. Nunumete.

Renungan Untuk Ibadah Sektor



Teks Bacaan : Lukas 5:27-32

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan!

Kalau kita membaca perikop ini dengan baik, maka kita akan berjumpa dengan dua hal penting yakni ;

1.      Sikap Lewi si pemungut cukai dalam merespons panggilan Yesus.

2.   Sikap Ahli taurat dan orang Farisi dalam merespons keterlibatan Yesus ketika Ia dan murid muridNya bersekutu dalam suatu jamuan makan dengan orang-orang berdosa.

Saudaraku, kalau kita bicara tentang pemungut cukai, maka dalam konteks masyarakat Yahudi pada waktu itu dianggap sebagai Jabatan atau pekerjaan yang kotor, yang haram. Karena itu orang-orang yang berstatus sebagai pemungut cukai dianggap sebagai orang-orang yang kotor, yang naïf, yang penuh dosa. Pertanyaan kita adalah apakah benar pekerjaan sebagai pemungut cukai itu adalah pekerjaan yang kotor dan naïf. Apakah dengan demikian pekerjaan saudara-saudara kita saat ini sebagai pemungut pajak di pasar, di pelabuhan, diterminal dan diberbagai tempat lainnya juga dianggap sebagai pekerjaan yang kotor dan naïf ??? Saya kira tidak. Karena masalahnya bukan disitu. Kenapa ? Kalau kita menelusuri latarbelakang hadirnya pekerjaan sebagai pemungut cukai, maka pada masa Pemerintahan Romawi, ada kewajiban dari setiap warga diseluruh propinsi untuk membayar cukai atau pajak kepada Pemerintah.

Untuk mempermudah pekerjaan pemungutan pajak ini, maka ada orang-orang tertentu yang melakukan kontra dengan pemerintah yang disebut sebagai para kontraktor di pusat kota. Kemudian para kontraktor membentuk sub kontraktor yang terdiri dari orang-orang pribumi untuk melakukan penagihan pajak atau cukai itu, karena mereka mengenal dengan baik para wajib pajak tersebut. Disinilah kita mengenal para pemungut cukai dari kalangan orang Yahudi seperti zakheus, dan Lewi dalam teks bacaan kita.

Jadi sesungguhnya pekerjaan pemungut cukai/pajak itu baik adanya, bukan sesuatu yang buruk. Mereka adalah perpanjangan tangan dari Pemerintah Pusat.

Yang menjadi tidak baik adalah karena para pemungut cukai itu telah melakukan penyimpangan dari pekerjaan mereka dengan berlaku tidak jujur. Mereka menipu, dengan menaikan besar pajak dari yang ditetapkan, mereka memeras, mereka menindas para wajib pajak untuk kepentingan diri dan kelompok mereka. Karena itu mereka sangat dibenci oleh masyarakat pada waktu itu. 


Dari bagian ini kita dapat belajar satu hal yaitu, tatkala seseorang tidak melakukan pekerjaannya dengan jujur sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan diakui secara umum maka mereka akan dicap sebagai orang-orang yang tidak benar, yang kotor, yang naïf dstnya.  Jadi kejujuran dalam melakukan suatu pekerjaan adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh setiap orang. Apapun bentuk pekerjaan yang digelutinya.

Saudara-saudara, Yesus tahu bahwa para pemungut cukai ini telah melakukan ketidakbenaran. Mereka telah terjebak dalam perbuatan dosa dan mereka menikmatinya. Karena itu Yesus ingin menyelamatkan mereka. Sehingga dalam teks kita disebutkan bahw ketika Yesus berjumpa dengan Lewi di rumah cukai, Yesus bekata kepada Lewi, “ikutlah Aku”. Sebuah ajakan yang disampaikan Yesus kepada Lewi.

Ajakan ini mengandung pengertian bahwa Yesus ingin melepaskan Lewi dari dunianya yang gelap, dan masuk ke dalam suatu suasana yang baru, suatu dunia yang baru. Yesus ingin melepaskan dia dari dosa-dosanya yang dia lakukan selama ini dan menganugerahkan keselamatan kepadanya.

Saudara-saudari,….

Belajar dari bagian ini maka kita diingatkan bahwa Yesus tidak ingin kita berada dalam dunia kita yang penuh dengan kegelapan karena dosa-dosa yang kita lakukan. Yesus tidak ingin kita berada dalam berbagai perbuatan kegelapan. Yesus mengajak kita seperti Lewi untuk meninggalkan perbuatan kita yang penuh dosa.Yesus mau bilang untuk kita ; “Ikutlah Aku”. Persoalannya terletak pada kita apakah kita mau menyambut ajakan Yesus atau tidak.

Mungkin banyak orang diantara kita mengatakan ajakan itu tidak perlu disampaikan kepada kita sekarang ini. Karena kitakan sudah percaya Yesus, Kitakan sudah menjadi Kristen. Salah. Ajakan ini tidak dimaksudkan sekedar percaya Yesus atau menjadi Kristen, tetapi ajakan ini sesungguhnya untuk mengajak orang supaya hidup sesuai dengan kehendak Yesus. Ini yang jauh lebih penting dari sekedar menjadi orang Kristen.Karena itu ajakan mengikut Yesus sekarang ini tetap penting untuk disampaikan.


Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan

Bagaimanakah respons Lewi, apakah menolak ?? Tidak dengan tegas, Lewi menyambut ajakan Yesus. Dikatakan dalam teks kita Ia berdiri dan meninggalkan segala sesuatu.

Sikap Lewi ini menunjukan bahwa dalam perjumpaan dengan Yesus, ia mengambil keputusan dan berkomitmen  untuk meninggalkan seluruh gaya hidupnya yang lama untuk masuk dalam suatu gaya hidup yang baru. Ia berkomitmen untuk melepaskan segala bentuk keterikatan dengan kebiasaan-kebiasannya yang dahulu yang membelenggunya dan membuatnya jauh dari Tuhan dan masuk dalam suatu kebiasan yang baru, yang dekat dengan Tuhan.  Artinya, kalau dulu ia hidup hanya untuk dirinya, hidup untuk kenikmatannya sendiri sekarang, ia hidup untuk orang banyak, ia membangun persekutuan dengan orang lain, bahkan dengan Yesus sendiri.

Buktinya ; “ia membuat jamuan makan dan menghadirkan rekan-rekannya yang para pemungut cukai sekaligus melibatkan mereka dalam persekutuan yang diselamatkan Yesus, ia mengundang orang-orang lain serta Yesus dan murid-muridNya.


Belajar dari bagian ini, maka kita diingatkan bahwa ajakan untuk mengikut Yesus bagi setiap orang percaya mesti disambut dengan komitmen untuk membaharui diri, membaharui hidup. Dan proses membaharui ini harus berlangsung secara terus menerus, berkelanjutan. Bukan Cuma pada saat sidi gereja misalnya.

Ada lagu Kidung Jemaat  yang suka dinyanyikan pada saat peneguhan sidi baru : “Ikut Dikau Saja Tuhan” (KJ.376). Refreinnya begini : Aku ingin ikut Dikau dan mengabdi padaMu. Namun dia berhenti sampai pada kata ingin saja, tidak lebih.

Karena sesudah itu tidak banyak orang yang membaharui hidupnya. Tidak banyak orang yang mau mengabdi dengan sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang diemban dipundaknya dstnya. Karena itu mari saudaraku yang telah menjadi percaya kepada Yesus, hendaknya ungkapan “Ikutlah Aku” menjadi pernyataan yang selalu mengingatkan kita untuk terus membaharui diri.

Saudara yang dikasihi Tuhan !!!

Hal yang kedua adalah sikap ahli taurat dan orang farisi.

Ternyata mereka berang, mereka marah-marah, setelah melihat Yesus bersama-sama murid-muridNya duduk semeja dengan Lewi dan orang-orang berdosa menurut ukuran ahli taurat dan orang berdoa.

Dengan sikap seperti ini, maka ahli taurat dan orang farisi mau bilang bahwa membangun persekutuan dengan orang lain, terutama dengan orang yang dianggap hina dan rendah serta berdosa, tidak boleh dilakukan. Karena ini akan menajiskan diri mereka. Ini salah besar.

Kenapa ??? Karena tanggung jawab orang benar adalah untuk menyelamatkan mereka yang berdosa, bukan membiarkan mereka tetap hidup dalam dosa. Nah, soalnya adalah bisakah kita menyelamatkan mereka, merubah mereka sementara kita tidak membangun persekutuan dengan mereka. Membangun persekutuan dan relasi dengan mereka untuk merubah hidup mereka. Yang penting jangan terjerumus dengan perbuatan-perbuatan dosa yang mereka lakukan. Ini penting.

Pada sebelah yang lain sikap ahli taurat dan orang farisi ini menunjukan pula bahwa mereka sepertinya tidak rela melihat orang lain berubah. Tentunya berubah dari sesuatu yang tidak baik menjadi baik. Mestinya kita bersyukur kalau orang lain berubah kearah yang baik. Lihat bagaimana tentang perumpamaan tentang domba yang hilang. Pemiliknya meninggalkan semua dombanya dan pergi mencari dan menemukan seekor domba yang tersesat. Dan ketika ditemukan maka orang itu akan sangat berbahagia. Karena itu diakhir perikop kita Yesus bilang ; “ Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat. 


Belajar dari bagian ini, kita diajak untuk berusaha merangkul saudara-saudara kita untuk terlibat dalam persekutuan seperti ini. Kita diajak untuk menerima mereka dalam kelemahan dan kekurangan mereka dan membuat mereka berubah. Ingat ada satu pernyataan filsafat begini “ Perubahan adalah perubahan sampai terjadi perubahan”. Amin.

Refleksi Ibadah Full Gospel Masohi




Nas Bacaan   : Amsal 16 ; 1-7.

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus !!!
Setiap orang pasti mengharapkan adanya Suatu masa depan hidup yang baik. Masa depan yang baik untuk dirinya dan juga keluarganya. Dan kita juga akan sepakat bahwa memiliki masa depan yang baik itu pasti harus diperjuangkan. Persoalannya terletak pada bagaimana cara memperjuangankan masa depan yang baik itu. Disini banyak orang yang tidak sepakat. Katakanlah ada banyak orang yang bersebrangan satu dengan yang lain, dalam menentukan cara, jalan, langkah untuk mencapai masa depan yang baik itu.
Nah, bagaimana Alkitab berbicara tentang cara menempuh masa depan yang baik itu, mari kita belajar dari teks bacaan kita tadi Amsal 16 ; 1 – 7.

Pertama : Setiap orang harus bersedia untuk menyerahkan segala rencananya pada Tuhan, termasuk rencana untuk menggapai masa depan yang baik itu.
Dalam ayat 3 disebutkan ; “ Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu”
Pernyataan ini menegaskan kepada kita bahwa upaya untuk meraih masa depan itu membutuhkan perbuatan. Bekerja keras, berusaha keras. Tidak ada orang sukses yang duduk diam, ongkang-ongkang kaki dan menjadi sukses. Tidak ada masa depan gemilang yang turun begitu saja dari sorga,..tidak ada. Masa depan yang gemilang itu membutuhkan sebuah proses, dimana orang harus mengorbankan waktu, tenaga pikiran untuk meraihnya.
Tetapi usaha itu saja tidak cukup, kerja keras itu saja tidak cukup kalau hanya mengandalkan kekuatan diri, kemampuan diri, kecakapan dan kecerdasan diri sendiri. Tetapi setiap orang harus melibatkan Tuhan dalam proses menggapai masa depan itu. Mulai dari ia merencanakan masa depannya, ia bekerja untuk menggapai masa depannya, sampai ia menikmati hasil dari kerja kerasnya. Sebab bila tidak, ia tidak akan pernah berhasil dalam membangun masa depannya.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Yakobus 4 :5, jangan kita berkata hari ini atau besok aku akan berangkat ke kota anu dan disana aku akan tinggal setahun dan berdagang dan seterusnya, sebab kita sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi di besok hari. Yang mesti kita ungkapkan adalah ; “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ii dan itu.  Jadi semuanya sangat tergantung dari Kehendak Tuhan.  Karena itu melibatkan Tuhan dalam seluruh proses untuk memperjuangkan masa depan merupakan sebuah keniscayaan.

Saudara-saudaraku,….!!!
Mungkin orang akan bertanya mengapa harus melibatkan Tuhan ???
Penulis menjawabnya begini ; “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati” (ayat)
Apa artinya ini, bahwa penulis selalu melihat adanya kecenderungan manusia untuk melakukan hal yang salah. Bukan Cuma melakukan hal yang salah, tetapi juga punya arogansi yang tinggi untuk memperjuangkan kesalahan itu menjadi sesuatu yang benar.
Dengan kata lain, ada banyak peluang bagi mereka untuk memutarbalikan sebuah fakta  dengan seluruh kemampuan mereka, ekspresi mereka yang secara kasat mata dapat kita lihat.
Dan akibatnya ia akan tergoda untuk memperjuangkan masa depannya dengan menggunakan cara-cara yang kotor, cara-cara yang tidak benar dan yang akan mencemari hidupnya.
Karena itu kalau kita melibatkan Tuhan, yang menguji hati itu, akan menolong kita, mengingatkan kita dengan kuasa Roh Kudusnya, sehingga kita dapat menyatakan kebenaran dan menjadi orang-orang yang jujur.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus !!!
Hal kedua yang mesti kita ingat dalam upaya membangun masa depan kita adalah ;  Hendaknya tujuan kita untuk membangun masa depan itu, kita selaraskan dengan tujuan Tuhan bagi masa depan kita.
Hal ini penting dihadapkan oleh karena banyak orang menjadi kecewa, banyak orang menjadi flustrasi, banyak orang menjadi putus asa setelah berhadapan dengan kenyataan yang tidak pernah dibayangkan menjadi masa depannya.
Mereka seperti pendaki gunung yang hilang arah dalam pendakiannya dan tidak pernah sampai pada tujuan yang diharapkannya.
Mereka  ingin menjadi itu, dan ini tetapi mereka  tidak bisa mendapatkannya.
Dalam ayat 4 disebutkan begini ; “Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuatnya untuk hari malapetaka”
Dari sini kita belajar bahwa tidak selamanya apa yang menjadi tujuan hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebab mungkin apa yang  kita harapkan menjadi tujuan hidup kita, justru tidak membawa kebaikan, tetapi menjadi malapetaka bagi diri dan keluarga.  Karena itu kita diharapkan menjadi bijksana dalam melihat berbagai situasi yang kita hadapi termasuk kegagalan kita sebagai bagian dari rencana Tuhan yang harus kita hadapi, sambil berusaha menangkapapa maksud Tuhan bagi kita.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus

Hal Ketiga : Setiap orang harus memiliki kerendahan hati
Dalam ayat 5 disebutkan ; “setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, bahkan karena sikap tinggi hati itu ia akan dihukum”.
Pernyataan ini menegaskan kepada kita bahwa sikap tinggi hati adalah sikap yang ditentang oleh Tuhan.  Karena apa ?? Dengan tinggi hati orang akan menganggap orang lain menjadi rendah. Pada hal Alkitab bilang semua manusia dihadapan Tuhan sama. Walaupun berbeda gender, berbeda status social, berbeda status pendidikan, tetapi harkat dan martabatnya sama, sebagai ciptaan Tuhan, yang berdosa dan telah diselamatkan oleh Tuhan. Dengan menganggap orang lain rendah, maka mereka akan menggunakan orang lain sebagai objek untuk mengejar keuntungan bagi dirinya sendiri, objek untuk kepuasan diri.
Kerendahan hati akan mengantar orang untuk menampilkan sikap kasih dan kesetiaan.
Ini tips untuk membangun masa depan yang baik. Tuhan berkati, saudara-saudara supaya sungguh-sungguh menjadi full gospel, agar melalui saudara-saudara Tuhan Yesus dimuliakan,amin.

Masohi, 6 Oktober 2008
Pdt. Jan. Z. Matatula, S.Th.