Sabtu, 19 Oktober 2013

Renungan Untuk Ibadah Sektor



Teks Bacaan : Lukas 5:27-32

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan!

Kalau kita membaca perikop ini dengan baik, maka kita akan berjumpa dengan dua hal penting yakni ;

1.      Sikap Lewi si pemungut cukai dalam merespons panggilan Yesus.

2.   Sikap Ahli taurat dan orang Farisi dalam merespons keterlibatan Yesus ketika Ia dan murid muridNya bersekutu dalam suatu jamuan makan dengan orang-orang berdosa.

Saudaraku, kalau kita bicara tentang pemungut cukai, maka dalam konteks masyarakat Yahudi pada waktu itu dianggap sebagai Jabatan atau pekerjaan yang kotor, yang haram. Karena itu orang-orang yang berstatus sebagai pemungut cukai dianggap sebagai orang-orang yang kotor, yang naïf, yang penuh dosa. Pertanyaan kita adalah apakah benar pekerjaan sebagai pemungut cukai itu adalah pekerjaan yang kotor dan naïf. Apakah dengan demikian pekerjaan saudara-saudara kita saat ini sebagai pemungut pajak di pasar, di pelabuhan, diterminal dan diberbagai tempat lainnya juga dianggap sebagai pekerjaan yang kotor dan naïf ??? Saya kira tidak. Karena masalahnya bukan disitu. Kenapa ? Kalau kita menelusuri latarbelakang hadirnya pekerjaan sebagai pemungut cukai, maka pada masa Pemerintahan Romawi, ada kewajiban dari setiap warga diseluruh propinsi untuk membayar cukai atau pajak kepada Pemerintah.

Untuk mempermudah pekerjaan pemungutan pajak ini, maka ada orang-orang tertentu yang melakukan kontra dengan pemerintah yang disebut sebagai para kontraktor di pusat kota. Kemudian para kontraktor membentuk sub kontraktor yang terdiri dari orang-orang pribumi untuk melakukan penagihan pajak atau cukai itu, karena mereka mengenal dengan baik para wajib pajak tersebut. Disinilah kita mengenal para pemungut cukai dari kalangan orang Yahudi seperti zakheus, dan Lewi dalam teks bacaan kita.

Jadi sesungguhnya pekerjaan pemungut cukai/pajak itu baik adanya, bukan sesuatu yang buruk. Mereka adalah perpanjangan tangan dari Pemerintah Pusat.

Yang menjadi tidak baik adalah karena para pemungut cukai itu telah melakukan penyimpangan dari pekerjaan mereka dengan berlaku tidak jujur. Mereka menipu, dengan menaikan besar pajak dari yang ditetapkan, mereka memeras, mereka menindas para wajib pajak untuk kepentingan diri dan kelompok mereka. Karena itu mereka sangat dibenci oleh masyarakat pada waktu itu. 


Dari bagian ini kita dapat belajar satu hal yaitu, tatkala seseorang tidak melakukan pekerjaannya dengan jujur sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan diakui secara umum maka mereka akan dicap sebagai orang-orang yang tidak benar, yang kotor, yang naïf dstnya.  Jadi kejujuran dalam melakukan suatu pekerjaan adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh setiap orang. Apapun bentuk pekerjaan yang digelutinya.

Saudara-saudara, Yesus tahu bahwa para pemungut cukai ini telah melakukan ketidakbenaran. Mereka telah terjebak dalam perbuatan dosa dan mereka menikmatinya. Karena itu Yesus ingin menyelamatkan mereka. Sehingga dalam teks kita disebutkan bahw ketika Yesus berjumpa dengan Lewi di rumah cukai, Yesus bekata kepada Lewi, “ikutlah Aku”. Sebuah ajakan yang disampaikan Yesus kepada Lewi.

Ajakan ini mengandung pengertian bahwa Yesus ingin melepaskan Lewi dari dunianya yang gelap, dan masuk ke dalam suatu suasana yang baru, suatu dunia yang baru. Yesus ingin melepaskan dia dari dosa-dosanya yang dia lakukan selama ini dan menganugerahkan keselamatan kepadanya.

Saudara-saudari,….

Belajar dari bagian ini maka kita diingatkan bahwa Yesus tidak ingin kita berada dalam dunia kita yang penuh dengan kegelapan karena dosa-dosa yang kita lakukan. Yesus tidak ingin kita berada dalam berbagai perbuatan kegelapan. Yesus mengajak kita seperti Lewi untuk meninggalkan perbuatan kita yang penuh dosa.Yesus mau bilang untuk kita ; “Ikutlah Aku”. Persoalannya terletak pada kita apakah kita mau menyambut ajakan Yesus atau tidak.

Mungkin banyak orang diantara kita mengatakan ajakan itu tidak perlu disampaikan kepada kita sekarang ini. Karena kitakan sudah percaya Yesus, Kitakan sudah menjadi Kristen. Salah. Ajakan ini tidak dimaksudkan sekedar percaya Yesus atau menjadi Kristen, tetapi ajakan ini sesungguhnya untuk mengajak orang supaya hidup sesuai dengan kehendak Yesus. Ini yang jauh lebih penting dari sekedar menjadi orang Kristen.Karena itu ajakan mengikut Yesus sekarang ini tetap penting untuk disampaikan.


Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan

Bagaimanakah respons Lewi, apakah menolak ?? Tidak dengan tegas, Lewi menyambut ajakan Yesus. Dikatakan dalam teks kita Ia berdiri dan meninggalkan segala sesuatu.

Sikap Lewi ini menunjukan bahwa dalam perjumpaan dengan Yesus, ia mengambil keputusan dan berkomitmen  untuk meninggalkan seluruh gaya hidupnya yang lama untuk masuk dalam suatu gaya hidup yang baru. Ia berkomitmen untuk melepaskan segala bentuk keterikatan dengan kebiasaan-kebiasannya yang dahulu yang membelenggunya dan membuatnya jauh dari Tuhan dan masuk dalam suatu kebiasan yang baru, yang dekat dengan Tuhan.  Artinya, kalau dulu ia hidup hanya untuk dirinya, hidup untuk kenikmatannya sendiri sekarang, ia hidup untuk orang banyak, ia membangun persekutuan dengan orang lain, bahkan dengan Yesus sendiri.

Buktinya ; “ia membuat jamuan makan dan menghadirkan rekan-rekannya yang para pemungut cukai sekaligus melibatkan mereka dalam persekutuan yang diselamatkan Yesus, ia mengundang orang-orang lain serta Yesus dan murid-muridNya.


Belajar dari bagian ini, maka kita diingatkan bahwa ajakan untuk mengikut Yesus bagi setiap orang percaya mesti disambut dengan komitmen untuk membaharui diri, membaharui hidup. Dan proses membaharui ini harus berlangsung secara terus menerus, berkelanjutan. Bukan Cuma pada saat sidi gereja misalnya.

Ada lagu Kidung Jemaat  yang suka dinyanyikan pada saat peneguhan sidi baru : “Ikut Dikau Saja Tuhan” (KJ.376). Refreinnya begini : Aku ingin ikut Dikau dan mengabdi padaMu. Namun dia berhenti sampai pada kata ingin saja, tidak lebih.

Karena sesudah itu tidak banyak orang yang membaharui hidupnya. Tidak banyak orang yang mau mengabdi dengan sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang diemban dipundaknya dstnya. Karena itu mari saudaraku yang telah menjadi percaya kepada Yesus, hendaknya ungkapan “Ikutlah Aku” menjadi pernyataan yang selalu mengingatkan kita untuk terus membaharui diri.

Saudara yang dikasihi Tuhan !!!

Hal yang kedua adalah sikap ahli taurat dan orang farisi.

Ternyata mereka berang, mereka marah-marah, setelah melihat Yesus bersama-sama murid-muridNya duduk semeja dengan Lewi dan orang-orang berdosa menurut ukuran ahli taurat dan orang berdoa.

Dengan sikap seperti ini, maka ahli taurat dan orang farisi mau bilang bahwa membangun persekutuan dengan orang lain, terutama dengan orang yang dianggap hina dan rendah serta berdosa, tidak boleh dilakukan. Karena ini akan menajiskan diri mereka. Ini salah besar.

Kenapa ??? Karena tanggung jawab orang benar adalah untuk menyelamatkan mereka yang berdosa, bukan membiarkan mereka tetap hidup dalam dosa. Nah, soalnya adalah bisakah kita menyelamatkan mereka, merubah mereka sementara kita tidak membangun persekutuan dengan mereka. Membangun persekutuan dan relasi dengan mereka untuk merubah hidup mereka. Yang penting jangan terjerumus dengan perbuatan-perbuatan dosa yang mereka lakukan. Ini penting.

Pada sebelah yang lain sikap ahli taurat dan orang farisi ini menunjukan pula bahwa mereka sepertinya tidak rela melihat orang lain berubah. Tentunya berubah dari sesuatu yang tidak baik menjadi baik. Mestinya kita bersyukur kalau orang lain berubah kearah yang baik. Lihat bagaimana tentang perumpamaan tentang domba yang hilang. Pemiliknya meninggalkan semua dombanya dan pergi mencari dan menemukan seekor domba yang tersesat. Dan ketika ditemukan maka orang itu akan sangat berbahagia. Karena itu diakhir perikop kita Yesus bilang ; “ Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat. 


Belajar dari bagian ini, kita diajak untuk berusaha merangkul saudara-saudara kita untuk terlibat dalam persekutuan seperti ini. Kita diajak untuk menerima mereka dalam kelemahan dan kekurangan mereka dan membuat mereka berubah. Ingat ada satu pernyataan filsafat begini “ Perubahan adalah perubahan sampai terjadi perubahan”. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar