Teks Bacaan : Lukas 5:27-32
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan!
Kalau kita membaca perikop ini dengan
baik, maka kita akan berjumpa dengan dua hal penting yakni ;
1.
Sikap Lewi si pemungut cukai dalam
merespons panggilan Yesus.
2. Sikap Ahli taurat dan orang Farisi
dalam merespons keterlibatan Yesus ketika Ia dan murid muridNya bersekutu dalam
suatu jamuan makan dengan orang-orang berdosa.
Saudaraku, kalau kita bicara tentang
pemungut cukai, maka dalam konteks masyarakat Yahudi pada waktu itu dianggap
sebagai Jabatan atau pekerjaan yang kotor, yang haram. Karena itu orang-orang
yang berstatus sebagai pemungut cukai dianggap sebagai orang-orang yang kotor,
yang naïf, yang penuh dosa. Pertanyaan kita adalah apakah benar pekerjaan
sebagai pemungut cukai itu adalah pekerjaan yang kotor dan naïf. Apakah dengan
demikian pekerjaan saudara-saudara kita saat ini sebagai pemungut pajak di
pasar, di pelabuhan, diterminal dan diberbagai tempat lainnya juga dianggap
sebagai pekerjaan yang kotor dan naïf ??? Saya kira tidak. Karena masalahnya
bukan disitu. Kenapa ? Kalau kita menelusuri latarbelakang hadirnya pekerjaan
sebagai pemungut cukai, maka pada masa Pemerintahan Romawi, ada kewajiban dari
setiap warga diseluruh propinsi untuk membayar cukai atau pajak kepada
Pemerintah.
Untuk mempermudah pekerjaan pemungutan
pajak ini, maka ada orang-orang tertentu yang melakukan kontra dengan
pemerintah yang disebut sebagai para kontraktor di pusat kota. Kemudian para kontraktor membentuk sub
kontraktor yang terdiri dari orang-orang pribumi untuk melakukan penagihan
pajak atau cukai itu, karena mereka mengenal dengan baik para wajib pajak
tersebut. Disinilah kita mengenal para pemungut cukai dari kalangan orang
Yahudi seperti zakheus, dan Lewi dalam teks bacaan kita.
Jadi sesungguhnya pekerjaan pemungut
cukai/pajak itu baik adanya, bukan sesuatu yang buruk. Mereka adalah
perpanjangan tangan dari Pemerintah Pusat.
Yang menjadi tidak baik adalah karena
para pemungut cukai itu telah melakukan penyimpangan dari pekerjaan mereka
dengan berlaku tidak jujur. Mereka menipu, dengan menaikan besar pajak dari
yang ditetapkan, mereka memeras, mereka menindas para wajib pajak untuk
kepentingan diri dan kelompok mereka. Karena itu mereka sangat dibenci oleh
masyarakat pada waktu itu.
Dari bagian ini kita dapat belajar satu
hal yaitu, tatkala seseorang tidak melakukan pekerjaannya dengan jujur
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan diakui secara umum maka
mereka akan dicap sebagai orang-orang yang tidak benar, yang kotor, yang naïf
dstnya.
Jadi kejujuran dalam melakukan suatu pekerjaan adalah hal yang sangat
penting untuk dilakukan oleh setiap orang. Apapun bentuk pekerjaan yang
digelutinya.
Saudara-saudara, Yesus tahu bahwa para
pemungut cukai ini telah melakukan ketidakbenaran. Mereka telah terjebak dalam
perbuatan dosa dan mereka menikmatinya. Karena itu Yesus ingin menyelamatkan
mereka. Sehingga dalam teks kita disebutkan bahw ketika Yesus berjumpa dengan
Lewi di rumah cukai, Yesus bekata kepada Lewi, “ikutlah Aku”. Sebuah ajakan
yang disampaikan Yesus kepada Lewi.
Ajakan ini mengandung pengertian bahwa
Yesus ingin melepaskan Lewi dari dunianya yang gelap, dan masuk ke dalam suatu
suasana yang baru, suatu dunia yang baru. Yesus ingin melepaskan dia dari
dosa-dosanya yang dia lakukan selama ini dan menganugerahkan keselamatan
kepadanya.
Saudara-saudari,….
Belajar dari bagian ini maka kita
diingatkan bahwa Yesus tidak ingin kita berada dalam dunia kita yang penuh
dengan kegelapan karena dosa-dosa yang kita lakukan. Yesus tidak ingin kita
berada dalam berbagai perbuatan kegelapan. Yesus mengajak kita seperti Lewi untuk
meninggalkan perbuatan kita yang penuh dosa.Yesus mau bilang untuk kita ;
“Ikutlah Aku”. Persoalannya terletak pada kita apakah kita mau menyambut ajakan
Yesus atau tidak.
Mungkin banyak orang diantara kita
mengatakan ajakan itu tidak perlu disampaikan kepada kita sekarang ini. Karena
kitakan sudah percaya Yesus, Kitakan sudah menjadi Kristen. Salah. Ajakan ini
tidak dimaksudkan sekedar percaya Yesus atau menjadi Kristen, tetapi ajakan ini
sesungguhnya
untuk mengajak orang supaya hidup sesuai dengan kehendak Yesus. Ini yang
jauh lebih penting dari sekedar menjadi orang Kristen.Karena itu ajakan
mengikut Yesus sekarang ini tetap penting untuk disampaikan.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan
Bagaimanakah respons Lewi, apakah
menolak ?? Tidak dengan tegas, Lewi menyambut ajakan Yesus. Dikatakan dalam
teks kita Ia berdiri dan meninggalkan segala sesuatu.
Sikap Lewi ini menunjukan bahwa dalam
perjumpaan dengan Yesus, ia mengambil keputusan dan berkomitmen untuk meninggalkan seluruh gaya
hidupnya yang lama untuk masuk dalam suatu gaya hidup yang baru. Ia berkomitmen untuk
melepaskan segala bentuk keterikatan dengan kebiasaan-kebiasannya yang dahulu
yang membelenggunya dan membuatnya jauh dari Tuhan dan masuk dalam suatu
kebiasan yang baru, yang dekat dengan Tuhan.
Artinya, kalau dulu ia hidup hanya untuk dirinya, hidup untuk
kenikmatannya sendiri sekarang, ia hidup untuk orang banyak, ia membangun
persekutuan dengan orang lain, bahkan dengan Yesus sendiri.
Buktinya ; “ia membuat jamuan makan dan
menghadirkan rekan-rekannya yang para pemungut cukai sekaligus melibatkan
mereka dalam persekutuan yang diselamatkan Yesus, ia mengundang orang-orang
lain serta Yesus dan murid-muridNya.
Belajar dari bagian ini, maka kita
diingatkan bahwa ajakan untuk mengikut Yesus bagi setiap orang percaya mesti
disambut dengan komitmen untuk membaharui diri, membaharui hidup. Dan proses
membaharui ini harus berlangsung secara terus menerus, berkelanjutan. Bukan
Cuma pada saat sidi gereja misalnya.
Ada lagu Kidung
Jemaat yang suka dinyanyikan pada saat
peneguhan sidi baru : “Ikut Dikau Saja Tuhan” (KJ.376). Refreinnya begini : Aku
ingin ikut Dikau dan mengabdi padaMu. Namun dia berhenti sampai pada kata ingin
saja, tidak lebih.
Karena sesudah itu tidak banyak orang
yang membaharui hidupnya. Tidak banyak orang yang mau mengabdi dengan
sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang diemban dipundaknya dstnya. Karena itu
mari saudaraku yang telah menjadi percaya kepada Yesus, hendaknya ungkapan
“Ikutlah Aku” menjadi pernyataan yang selalu mengingatkan kita untuk terus
membaharui diri.
Saudara yang dikasihi Tuhan !!!
Hal yang kedua adalah sikap ahli taurat
dan orang farisi.
Ternyata mereka berang, mereka
marah-marah, setelah melihat Yesus bersama-sama murid-muridNya duduk semeja
dengan Lewi dan orang-orang berdosa menurut ukuran ahli taurat dan orang
berdoa.
Dengan sikap seperti ini, maka ahli
taurat dan orang farisi mau bilang bahwa membangun persekutuan dengan orang
lain, terutama dengan orang yang dianggap hina dan rendah serta berdosa, tidak
boleh dilakukan. Karena ini akan menajiskan diri mereka. Ini salah besar.
Kenapa ??? Karena tanggung jawab orang
benar adalah untuk menyelamatkan mereka yang berdosa, bukan membiarkan mereka
tetap hidup dalam dosa. Nah, soalnya adalah bisakah kita menyelamatkan mereka,
merubah mereka sementara kita tidak membangun persekutuan dengan mereka.
Membangun persekutuan dan relasi dengan mereka untuk merubah hidup mereka. Yang
penting jangan terjerumus dengan perbuatan-perbuatan dosa yang mereka lakukan.
Ini penting.
Pada sebelah yang lain sikap ahli
taurat dan orang farisi ini menunjukan pula bahwa mereka sepertinya tidak rela
melihat orang lain berubah. Tentunya berubah dari sesuatu yang tidak baik
menjadi baik. Mestinya kita bersyukur kalau orang lain berubah kearah yang
baik. Lihat bagaimana tentang perumpamaan tentang domba yang hilang. Pemiliknya
meninggalkan semua dombanya dan pergi mencari dan menemukan seekor domba yang
tersesat. Dan ketika ditemukan maka orang itu akan sangat berbahagia. Karena
itu diakhir perikop kita Yesus bilang ; “ Aku datang bukan untuk memanggil
orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.
Belajar dari bagian ini, kita diajak
untuk berusaha merangkul saudara-saudara kita untuk terlibat dalam persekutuan
seperti ini. Kita diajak untuk menerima mereka dalam kelemahan dan kekurangan
mereka dan membuat mereka berubah. Ingat ada satu pernyataan filsafat begini “
Perubahan adalah perubahan sampai terjadi perubahan”. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar